Sabtu, 12 Maret 2011

PERSUASI

PARAGRAF PERSUASI

1. Tujuan menulis

Setiap gerak dan langkah manusia pasti dilatarbelakangi sesuatu yang akan dicapai, yaitu tujuan. Begitu juga jika kita berkomunikasi/menulis pasti ada tujuan yang ingin kita capai lewat tulisan itu. Secara umum apa yang akan kita capai dalam sebuah tulisan/komunikasi dipengaruhi oleh kebutuhan dasar manusia berkomunikasi. Kebutuhan dasar manusia berkomunikasi dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. keinginan memberi informasi kepada orang lain atau mendapatkan informasi dari orang lain,
2. keinginan meyakinkan orang mengenai suatu kebenaran atau suatu hal dan lebih jauh mempengaruhi sikap
    dan pendapatorang lain,
3. keinginan menggambarkan atau menceritakan bagaimana bentuk atau wujud suatu barang atau
    mendeskripsikan cita rasasesuatu,
4. keinginan menceritakan kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa kepada orang lain.

Berdasar kebutuhan dasar itu (tujuan berkomunikasi) maka wujud komunikasi yang berupa tulisan itu dapat dikelompokkan menjadi penulisan model:

Eksposisi
Penulisan ide dalam bentuk eksposisi bertujuan memberi informasi kepada orang lain.

Argumentasi
Sebagaimana makna kata argumentasi, penulisan ide dengan menggunakan model argumentasi untuk meyakinkan pembaca terhadap suatu kebenaran yang dipaparkan.

Persuasi
Hapir mirip dengan argumentasi, persuasi bertujuan mempengaruhi pembaca dengan cara memberi keyakinan-keyakinan secara proporsional.

Deskripsi
Model penulisan deskripsi bertujuan menggambarkan secara jelas suatu objek sehingga pembaca seakan melihat, mendengar, merasakan sendiri objek yang diceritakan itu.

Narasi
Narasi bertujuan menceritakan kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa berkaitan dengan gerak dan waktu

2. Paragraf Persuasi
Persuasi adalah suatu bentuk wacana mirip argumentasi dan khusus berusaha mempengaruhi orang lain atau para pembaca agar melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkan pemersuasi. Karena itu, persuasi lebih condong menggunakan atau memanfaatkan aspek-aspek psikologis untuk mempengaruhi orang lain.
  
Argumentasi bertujuan membuktikan suatu kebenaran karena itu akan berusaha sekuat tenaga dengan teknik-teknik rasional untuk mempertahankan kebenaran itu. Sebaliknya persuasi bertujuan mencapai kesepakatan dengan orang yang dipersuasi dengan menggunakan pendekatan psikologis.
  
Baik argumentasi maupun persuasi sama-sama menggunakan fakta. Namun, dalam argumentasi fakta digunakan sebanyak-banyaknya sehingga pihak lain akan meyakini kebenaran yang dipersoalkan itu.
Dalam persuasi fakta digunakan seperlunya utamanya yang benar-benar bisa mempengaruhi pembaca/pendengarnya karena sasran utamanya bukan objek, tetapi subjek atau yang dipersuasi.
  
Karena persuasi bertujuan mencapai kesepakatan psikologis, ada beberapa dasar yang harus diperhatikan dalam persuasi. Pertama watak dan kredibilitas penulisnya. Bila pembaca mengetahui penulisnya memiliki watak jujur, tidak suka membuat persoalan, bersahabat dengan semua orang, apa yang dikatakan dalam tulisannya akan dipercaya orang. Kedua kemampuan penulis untuk mengendalikan emosi para pembacanya untuk mengarahkan pembacanya kepada sasaran yang akan dicapai.

Mari kita cermati contoh berikut!
Contoh 1

Tidak semua orang memilih pasangannya atas dasar penampilan fisik. Jika cinta itu hanya didasari cakep atau cantik, berarti tak akan ada cinta untuk yang tidak cakep atau cantik. Berarti juga tak akan pernah ada cinta bagi para tunanetra untuk merasakan keindahan cinta dengan lawan jenisnya. Mencintai membutuhkan alasan dan orientasi. Orientasi tidak harus dengan mata, tetapi dapat dengan indra lain. Karena itu pilihlah pasangan melalui pendengaran telinga dan pendengaran hati bukan melalui penglihatan. Cinta seperti itu adalah cinta sejati.
                                           (Saduran Wiwit dari “Cinta Pertengahan”, Asep Hasan Sadikin)
Contoh 2

Terasa sangat berat jika kita harus mengungkapkan suatu ide yang memerlukan pemaparan panjang lalu dipaksa harus hanya dituangkan ke dalam satu paragraf. Misal, kita harus menceritakan suatu kisah, tidak mungkin selesai satu paragraf. Kita butuh beberapa paragraf untuk menuangkan ide itu. Namun, kita tetap harus optimis “pasti bisa”. Mengapa? Karena kita dibekali kelebihan-kelebihan oleh Yang Kuasa. Kita harus mampu menggunakan rahmat itu secara optimal. Bagaimana cara yang harus kita lakukan? Tidak lain adalah belajar dan benajar. Berlatih dan berlatih. Mari kita pelajari bentuk mini wacana yang selanjutnya kita sebut paragraf itu.

3. Hal Baru yang Perlu Kita Cermati

Selama ini para siswa dan guru terpaku pada wujud persuasi secara konvensional. Dan, tampaknya belum mau beranjak dari kekonvensionalan tersebut. Artinya belum ada usaha-usaha yang konkret untuk memperluas cakrawala penulisan paragraf persuasi yang masih berciri tradisi itu. Maksudnya, informasi yang ingin disampaikan dengan paragraf persuasi itu harus tampak secara tersurat pada isi informasi pada pada paragraf yang bersangkutan. Jika tidak tampak secara jelas kepersuasiannya, mereka tidak mau memasukkan paragraf itu ke kelompok paragraf persuasi, tetapi dimasukkan ke kelompok paragraf sesuai dengan perwujudan lahiriyahnya. Artinya, jika paragraf itu tampilan lahiriyahnya deskripsi akan disebut deskripsi, jika tampilannya eksposisi akan dimaksukkan ke kelompok eksposisi tanpa melihat tujuan di balik tampilan fisiknya. Begitu seterusnya. Padahal, jauh sebelum manusia memikirkan jenis-jenis paragraf berdasar tujuan seperti yang kita bahas sekarang Sang Pencipta Alam ini telah memberikan contoh konkret masalah paragraf yang antara tampilan fisik dengan apa yang berada di balik tampilan fisik itu berbeda. Artinya, walau tampilannya eksposisi, misalnya, belum tentu harus disebut eksposisi dan seterusnya.
  
Jika kita cermat melihat bangunan-bangunan yang ada di sekeliling kita atau apa saja yang dibuat manusia, di sana banyak pelajaran yang bisa kita peroleh tata cara manusia menarik psikologis atau memersuasi orang. Misal, mengapa tempat-tempat ibadah dibuat sedemikian bagus? Mengapa tempat-tempat rekreasi dibuat sedemikian menarik? Semua itu tiada lain bertujuan agar penganutnya tertarik  menggunakan tempat ibadah itu, agar manusia tertarik mendatangi tempat rekreasi yang dibangun itu. Bayangkan, jika tempat ibadah atau tempat rekreasi itu tidak begitu diurus atau bahkan kumuh. Tak akan ada orang yang mau melirik apalagi datang dan menggunakan fasilitas itu. Tujuan seperti itu tampaknya sengaja disembunyikan di balik wujud bangunan yang didirikan.

Sejalan dengan hal itu, perlu kita pahami bersama, untuk penulisan paragraf persuasi ada dua cara menyampaikan tujuannya, yaitu ada yang secara eksplisit dan ada yang secara implisit. Sehingga, muncul sebutan-baru jenis paragraf persuasi menjadi : paragraf persuasi eksplisit dan paragraf persuasi implisit.

a. Paragraf persuasi eksplisit
  
Paragraf persuasi eksplisit artinya baik secara lahiriyah (artinya memenuhi ciri-ciri penulisan persuasi) maupun semantis pernyataan yang terdapat pada paragraf itu mendukung kepersuasifan sehingga sangat mudah untuk menentukan paragraf itu persuasif atau bukan. Mari, sekali lagi kita cermati contoh 1 dan 2!

Contoh 1

Tidak semua orang memilih pasangannya atas dasar penampilan fisik. Jika cinta itu hanya didasari cakep atau cantik, berarti tak akan ada cinta untuk yang tidak cakep atau cantik. Berarti juga tak akan pernah ada cinta bagi para tunanetra untuk merasakan keindahan cinta dengan lawan jenisnya. Mencintai membutuhkan alasan dan orientasi. Orientasi tidak harus dengan mata, tetapi dapat dengan indra lain. Karena itu pilihlah pasangan melalui pendengaran dan penglihatan hati bukan melalui mata dan telinga kita. Cinta seperti itu adalah cinta sejati.
                                           (Saduran Wiwit dari “Cinta Pertengahan”, Asep Hasan Sadikin)
Contoh 2

Terasa sangat berat jika kita harus mengungkapkan suatu ide yang memerlukan pemaparan panjang lalu dipaksa harus hanya dituangkan ke dalam satu paragraf. Misal, kita harus menceritakan suatu kisah, tidak mungkin selesai satu paragraf. Kita butuh beberapa paragraf untuk menuangkan ide itu. Namun, kita tetap harus optimis “pasti bisa”. Mengapa? Karena kita dibekali kelebihan-kelebihan oleh Yang Kuasa. Kita harus mampu menggunakan rahmat itu secara optimal. Bagaimana cara yang harus kita lakukan? Tidak lain adalah belajar dan benajar. Berlatih dan berlatih. Mari kita pelajari bentuk mini wacana yang selanjutnya kita sebut paragraf itu.

Contoh 3

Kutiba Alaikummusiam

Hari ini bukan hari kesengsaraan.
Hari ini hari kemuliaan.
Hari penuh berkah.
Penuh rahmat.
Penuh nikmat.
Penuh ampunan.
Penuh jalan menuju kenikmatan.
Dan, kenikmatan sebenar-benarnya tujuan.
Itu diperintahkan.
Kepada yang beriman.
Untuk melaksanakan.
                                       (wiwit, 102007)

b. Paragraf persuasi implisit

Sedangkan, paragraf persuasi implisit artinya secara lahiriyah pernyataan yang terdapat pada paragraf itu tidak menunjukkan ciri-ciri persuasi, tetapi menunjukkan ciri paragraf lain. Ciri lain itu ada kemungkinan ciri yang dimiliki paragraf itu menunjukkan ciri deskripsi atau mungkin juga eksposisi, atau yang lain, tetapi secara isi atau tujuan atau dilihat dari aspek psikologis mengajak atau memerintahkan untuk melakukan suatu tindakan sebagaimana paragraf persuasi. Jika demikian, paragraf-paragraf yang memiliki perpaduan wujud lahir deskripsi, misalnya, tetapi memiliki wujud batin (tujuan) persuasi dapat kita sebut paragraf  persuasi deskriptif. Dan, masih banyak sebutan lain dan itu sangat bergantung pada jenis paduan lahiriyah paragraf itu dengan paragraf persuasi. Mari kita cermati contoh berikut!

Contoh 1

Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan istri-istrimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika istri-istrimu itu mempunyai anak, kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau sudah dibayar utangnya. Para istri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan, jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, para istri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau sudah dibayar hutang-hutangmu. Jika seseorang mati baik lelaki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalakan anak, tetapi mempunyai saudara lelaki (seibu saja) atau saudara perempuan (seibu saja), bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi, jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar utangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris). Allah menetapkan yang demikian itu sebagai syari’at yang benar-benar dari Allah dan Allah Maha Mengetahui dan Maha Penyantun. Hukum-hukum itu adalah ketentuan-ketentuan Allah. Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai sedangkan mereka kekal di dalamnya dan itulah kemenangan yang besar. Dan, barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuannya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedangkan ia kekal di dalamnya dan bagi mereka siksa yang menghinakan. (QS Annisa 12-14)
  
Jika kita hanya sekedar melihat wujud lahiriyah (tata cara menyampaikan informasi yang terdapat pada ayat itu) siapa pun akan condong menyebut sebagai paragraf eksposisi atau mungkin deskripsi. Tatapi, harus diingat ayat itu bertujuan mengajak dan bahkan memerintahkan kepada manusia yang beriman untuk melaksanakan isi ayat itu secara konsekuen. Hal itu bisa kita pahami dari kalimat ketiga dari akhir “Hukum-hukum itu adalah ketentuan-ketentuan Allah” dan kalimat kedua akhir “Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai sedangkan mereka kekal di dalamnya dan itulah kemenangan yang besar”, serta kalimat terakhir “Dan, barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuannya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedangkan ia kekal di dalamnya dan bagi mereka siksa yang menghinakan.”

Contoh 2

Pada awal Romadan, angin berembus dari bawah singgasana Tuhan, dan daun-daun pepohonan surga pun bergoyang hingga terdengar desir semilir teramat merdu. Tak pernah terdengar desir semilir semerdu itu. Menyaksikan hari pertama Romadan itu, orang-orang bermata jelita berdoa, “Ya, Allah, pada bulan Romadan ini jadikanlah salah seorang di antara hamba-Mu sebagai pasangan hidupku.” Maka Allah pun mengawinkan orang yang berpuasa dengan salah seorang dari orang yang bermata jelita itu. Bagi setiap orang yang bermata jelita tersedia 70 perhiasan warna-warni dan dipan dari batu mulia warna merah berhias mutiara.Disiapkan pula 70 kasur dan 70 aneka makanan. Semua itu khusus untuk orang yang berpuasa pada bulan Romadan, tanpa memperhitungkan amal kebaikannya yang lain.
                 (“Romadan dalam Imajinasi Nabi”, Jamal D. Rahman, Horizon Edisi IX, X 2007)

Pada contoh 2 mendiskripsikan kenikmatan-kenikmatan yang terjadi di bulan Romadan. Berarti, secara lahiriyah contoh itu mendiskripsikan keindahan dan keagungan bulan Ramadan. Tetapi,  perlu disadari bahwa di balik itu ada semacam ajakan yang terasa kental sekali agar manusia yang beriman mau melaksanakan ibadah itu. Misal, dengan ditampilkannya kenikmatan-kenikmatan yang diberikan kepada yang berpuasa seperti itu, siapa pun (pemeluk Islam) akan sangat tertarik dan sangat mendambakan mendapatkan kenikmatan seperti itu. Sebab, itu merupakan tujuan hidup yang sebenarnya.

Contoh 3 (misal ada iklan seperti berikut)

Yayasan Anak Bangsa akan mengadakan seminar sehari, Selasa, 6 April 2010, jam 08.00 sampai selesai, tempat aula Kota Mandiri, Jalan Mereka Raya 26, Jakarta. Pendafataran sampai dengan 5 April 2010, jam 18.00 (WIB), biaya administrasi dan akomodasi Rp 150.000,00/peserta. Tema “Apa sebenarnya yang terjadi di dunia perpajakan kita”. Pembicara: Prof. Dr. Priyambada, M.Sc. dan Prof. Dr. Simanjuntak, M.H., M.Sc.

Secara fisik, iklan itu mendiskripsikan hal-hal yang perlu diketahui calon peserta. Tetapi, kita harus cermat, pada kalimat ‘Tema “Apa sebenarnya yang terjadi di dunia perpajakan kita”. Pembicara: Prof. Dr. Priyambada, M.Sc. dan Prof. Dr. Simanjuntak, M.H., M.Sc.’ merupakan pendiskripsian yang bertujuan mempengaruhi psikologis calon peserta. Mengapa? Pertama, tema yang dipilih merupakan tema yang sangat menghipnotis banyak orang di saat kegiatan itu akan dilangsungkan yaitu peristiwa mafia perpajakan. Kedua, para pembicara yang ditampilkan orang-orang yang terkenal dan profesional. Itu bisa dilihat dari gelar akademis yang disandang mereka.

Dan, jika kita cermati lebih lanjut iklan-iklan yang lebih menonjolkan gambar, sangatlah menarik karena iklan-iklan gambar/klip video tidak begitu banyak mengunakan kata/kalimat, tetapi menggunakan bahasa gambar/klip vedeo. Dan, itu justru lebih hidup. Mengapa demikian? Sebab, bagaimana pun dan dalam bentuk apa pun iklan selalu bertujuan menghepnotis calon penggunanya untuk menentukan pilihan. Dan, iklan sejenis itu sangat efektif mempengaruhi, menyugesti pihak lain untuk mengikuti kehendak yang memiliki iklan itu. Misal, jika kita cermati iklan: Cling pembersih kaca, Lux, Axe, Iklan susu yang bisa menjadikan badan bertambah berisi sehingga tidak terbawa terbang angin, dan masih banyak lagi.

Oleh karena itu, penentuan persuasi atau bukan persuasi suatu paragraf tidak bisa hanya ditentukan dari ciri-ciri fisik, tetapi harus dipertimbangkan juga sesuatu yang berada di balik ciri fisik itu. Sekali lagi, penampilan fisik bukan satu-satunya indikator untuk menentukan suatu paragraf itu harus dimasukkan ke kelompok mana, tetapi justru sesuatu yang berada di balik tampilan fisik itu (tujuan penulisan) harus menjadi pertimbangan yang pertama dan utama. Oleh karena itu, perlu adanya reformasi secara menyeluruh pada pikiran guru (terutama guru yang mengajarkan bahasa Indonesia) dan siswa yang menerima pelajaran bahasa Indonesia. Tinggal kita sekarang, mau dan mampu, atau mampu tetapi tidak mau, atau mau tetapi tidak mampu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar